BAB I
A.
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini
tampak mahasiswa/mahasiswi Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak
pada tempatnya. Untuk berangkat ke kampus misalnya, mereka sudah terbiasa
berjalan atau berboncengan motor dengan
mesra bersama lawan jenisnya. Mereka pun telah terbiasa berbincang-bincang (ikhtilath)
tanpa harus malu ketika diperhatikan orang-orang di sekitarnya. Fenomena
pacaran agaknya juga sudah dianggap sebagai hal yang umum.
Dengan cepatnya
arus globalisasi dengan ditandai dengan munculnya beberapa perangkat komunikasi
yang canggih dan semakin banyaknya akses komunikasi yang cepat. Situs jejaring
sosial seperti facebook, twitter, e-mail, friendster, dan lain-lainnya dapat
membantu mahasiswa/mahasiswi dalam berkomunikasi, mencari teman, atau bahkan
mencari pacar via dunia maya. Tidak hanya itu, acara-acara televisi yang tidak
mendidik seperti sinetron-sinetron bernuansa cinta atau film-film Barat yang menawarkan
gaya hidup (life style) bebas semakin membentuk kepribadian yang
cenderung menghalalkan yang haram seperti berciuman, berpelukan, dan lain-lain.
Di sisi lain
banyak mahasiswa/mahasiswi yang tinggal di kost atau di asrama-asrama
organisasi yang jauh dari pengawasan orang tua. Hal ini mempermudah mereka
untuk lebih bergaul bebas atau bahkan
berpacaran. Sementara itu peran seorang dosen hanya sebagai fasilitator bukan
sebagai pendidik rohani layaknya seorang kiai kepada santrinya. Sehingga pada
akhirnya tidak ada pengawasan yang bersifat ekstra terhadap
mahasiswa/mahasiswinya.
Padahal sebagai
mahasiswa/mahasiswi SAIN Salatiga, mereka dituntut untuk belajar. Selain itu
sebagai hamba Allah. Swt, mereka diwajibkan untuk beribadah dan menimgkatkan
iman dan taqwa mereka sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu agama yang mereka
pelajari di kampus.
II.
Rumusan Masalah
·
Nah, bagaimanakah perspektif mahasiswa/mahasiswi STAIN Salatiga
mengenai pacaran dan apa alasan mereka berpacaran?
·
Lalu bagaimanakah pengaruh pacaran terhadap motivasi belajar dan tingkat
ketaqwaan mereka? Mari kita kaji secara mendalam masalah ini!
III.
Tujuan Penelitian
·
Meneiliti seberapa jauh peran pacaran terhadap perkembangan
akademik mahasiswa STAIN Salatiga.
·
Meneliti seberapa besar peran pacaran terhadap motivasi belajar dan
ketaqwaan mahasiswa STAIN Salatiga.
B.
TELAAH PUSTAKA
I.
Pengertian pacaran
Menurut Fachri Aji Putra, pacaran adalah
proses perkenalan dua insan manusia, pencarian kecocokan menuju kehidupan
berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Menurut Faiz Mubarok, seorang
mahasiswa STAIN Salatiga, mengartikan pacaran sebagai hubungan biasa yang
ujung-ujungnya adalah pernikahan. Sementara menurut Dace, seorang mahasiswa
asal Karawang mendefinisikan pacaran sebagai hubungan pendekatan pra nikah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah proses pencarian karakter
pasangan sebelum menjalani jenjang pernikahan.
Dari semua
perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol
terjadi di bidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat remaja
mengadakan perubahan yang radikal yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai
teman daripada teman sejenis (Sijabat, 1996:220). Ini adalah hal wajar di
kalangan remaja, apalagi remaja masa kini.
Berbicara
mengenai pacaran, tidak lepas dari arti cinta. Menurut Al-Hilali (2008:11)
dalam Mukaddimah karyanya yang berjudul Quantum Cinta, menyebutkan bahwa
cinta adalah bagian alami dari emosi manusia, interaksi hati yang dirasakan
seseorang ketika cenderung dan tertarik kepada orang lain.
Teori
triangular (cinta berbentuk utama tiga) yang dikemukakan oleh Steinberg,
mendasarkan cinta sebagai gairah, keintiman, dan komitmen (Desmita, 2010:243).
Proses
fisiologi seseorang sebelum jatuh cinta adalah pertama, kontak mata yang
memunculkan rasa romantis; kedua, muncul hormon phenylethamine (PEA)
dari otak yang memunculkan senyuman; ketiga, setelah gelora cinta reda, hormon endhorphins
menimbulkan rasa damai (Jannah, 2006:241).
Tanda-tanda
cinta: banyak menyebut nama yang dicintai, kagum, rela berkorban, menuruti
apa-apa saja yang diminta kekasih. Pengaruh cinta sangatlah besar bagi manusia
antara lain: rindu, berbunga-bunga ketika dekat dengan kekasih, cemburu jika
ada orang lain mendekati kekasih dan menganggap benar apa-apa yang dilakukan
kekasih.
Menurut Desmita
(2010:243), Tahapan pacaran meliputi:
1)
Ketertarikan.
2)
Ketidakpastian, atau setelah tertarik pada seseorang yang lain,
seseorang akan mengalami hal yang tidak pasti (berpikir apakah orang yang
disukai juga tertarik padanya).
3)
Komitmen dan ketertarikan (keinginan untuk kencan secara eksklusif,
energi-energi untuk saling cinta).
4)
Keintiman (merasa lebih rileks dari sebelumnya).
II.
Pengertian motivasi
Menurut Fachri Aji
Putra, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara menurut mahasiswa
berNIM 21312094 (tidak mau disebut namanya), motivasi adalah pemicu
keberhasilan. Modelnya antara lain bisa berupa hadiah, pujian, atau malah
bahkan hukuman.
III.
Model-Model Pacaran
A.
Pacaran Islami/ Cinta Imani
Yang disebut
dengan pacaran Islami/ cinta Islami adalah lahir dari ketulusan iman kepada
Allah. Swt bukan sekedar memenuhi nafsu fisik belaka (Jannah, 2006:247). Jika
melihat pengertian ini, maka kesimpulannya adalah pacaran Islami adalah hanya
untuk ta’aruf dan taqarrub. Pacaran Islami memilki arti bahwa seseorang tidak
melakukan perbuatan yang mengarah pada perzinaan, tidak menyentuh kulit
kekasih, iffah (menjaga pandangan, dan menutupi auratnya).
Tahap
perkembangan agama di usia awal dewasa (18-40 tahun) berdasarkan theory of
faith, adalah ketika seseorang lebih mendalami nilai-nilai agama dan imannya
(Desmita, 2010:209).
Cinta imani
biasanya ditandai dengan perilaku menolak permintaan kekasih ketika
permintaannya itu melanggar perintah Allah (Jannah, 2006:248). Sehingga ketika
kekasih memintanya untuk bermaksiyat, maka secara otomatis seseorang yang
mencintainya itu menolak, baik secara halus ataupun secara keras.
Menurut Akrom (2010:41), “Bukan berarti
seseorang tidak boleh mencintai yang lain, namun yang dituntut adalah bahwa
cintanya kepada Allah haruslah lebih besar dari cintanya kepada selain Allah. Sehingga cinta harus dimiliki seorang hamba
dalam berinteraksi dengan Rabb-Nya (Febriangga, 2008:14).
B.
Pacaran Syahwati
Cinta Syahwati
diartikan sebagai cinta yangmana jika seseorang itu menuruti apa-apa yang
diminta kekasih walaupun itu dilarang oleh Allah. Swt. Cinta yang seperti ini
biasanya justru melemahkan iman atau bahkan menjadikan kita kufur pada allah.
Swt. Kesimpulannya adalah pacaran seperti ini hanya didasarkan atas nafsu dan
hanya untuk senang-senang belaka
C.
METODE PENELITIAN
I.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah argumentatif kuantitatif.
II.
Subyek dan Lokasi yang diteliti
Subyek yang
diteliti adalah mahasiswa/i STAIN Salatiga semua progam studi. Lokasi
penelitian berada di STAIN Salatiga mencakup kampus 1 dan 2.
III.
Sumber Data
·
Primer yaitu perilaku sehari-hari mahasiswa/i STAIN Salatiga.
·
Sekunder yaitu melalui telaah pustaka.
IV.
Teknik Pengumpulan Data
·
Angket, berupa kuesioner.
·
Bedah Pustaka.
BAB III. PEMBAHASAN
A.
Argumentasi Mahasiswa STAIN Salatiga Mengenai Peran Pacaran
terhadap Tingkat Keaktifan Ibadah dan Kuliah
1.
Argumentasi mahasiswa yang menguatkan pendapat bahwa pacaran
menambah semangat semangat belajar dan ibadah
Sebelum merujuk
pada perspektif mahasiswa STAIN Salatiga, ada baiknya kita tengok beberapa
teori yang mendukung untuk masalah ini.
Bila prestasi
yang baik diharapkan memberi kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencakup
bidang-bidang yang penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga
diri dalam pandangan kelompok sebaya. (Sijabat, 1996:220).
Menurut Dina,
mahasiswi HES menyatakan bahwa dengan berpacaran, semangat kita akan bertambah
apalagi jika masih satu kampus, pacaran
dapat menambah semangat untuk lebih aktif kuliah, karena kita akan malu jika
nilai jelek.
Menurut Puput,
mahasiswi TBI menyatakan bahwa dengan berpacaran seorganisasi, kita dapat
menunjukkan bakat, kelebihan, kecerdasan, dan kebolehan di depan sang kekasih.
Sedangkan menurut Azalia, mahasiswi PBA menyebutkan bahwa dengan pacaran kita akan senang, jika
senang maka belajar akan lancar.
Dan masih
banyak lagi mahasiswa yang menegaskan bahwa dengan berpacaran spirit ibadah
kita akan bertambah besar. Apalagi kalau pacarannya masih di batas kewajaran
atau bisa dikatakan pacarannya masih sehat, begitu mahasiswa/i STAIN Salatiga
menyebutnya.
Cinta Imani
biasanya mendekatkan kita kepada Sang Khalik, dzikir adalah satu sarana untuk
mendekatkan diri pada-Nya. Zikir adalah salah satu cara menyongsong
ketenteraman dalam hidup (Akrom, 2010:18). Menurut Akrom (2010:41),
“Barangsiapa banyak menyebut nama Allah swt. Atau yang berkaitan dengan-Nya,
baik langsung maupun tidak langsung, sekalipun hal itu dilakukan secara
terpaksa, maka akan menimbulkan rasa cinta kepada-Nya.”
Menurut F.N Pits
Jr dan J.N Mc Lure Jr, sebagaimana dikutip oleh Jannah (2006:251), “ Dzikir
jiwa/relaksasi mengakibatkan konsumsi oksigen menurun dan produksi gelombang
alpha seimbang, sehingga terjadi penurunan laktate darah, yaitu zat yang
diproduksi oleh metabolism urat syaraf, sehingga seseorang menjadi tenang,
terhindar dari rasa takut, khawatir, sedih dan bingung (psikomatik).
Melanggengkan
dzikir Alhamdulillah (memuji Allah) merupakan salah satu amal shaleh yang
disukai Allah (Febriangga, 2008: 245). Selain dzikir, ada pula sarana yang
lain. Membaca Qur’an misalnya. Al-Qur’an adalah sarana untuk dzikir dan
pengubah ma’rifat menjadi iman yang kuat sebagai bukti cinta seorang hamba
kepada Allah (Febriangga, 2008:222). Disamping pentingnya mentafakuri ayat qauliyah
(Al-Qur’an) dan ayat kauniyah (alam), serta mengenal Allah melalui dua objek
tersebut untuk memperkuat pondasi cinta, kita juga perlu memantapkan rasa cinta
yang ada dalam hati seorang hamba (Akrom, 2010:235).
Mungkin fakta yang didapat akan jauh berbeda
dengan teori-teori yang telah dikemukakan di atas.
2.
Argumentasi mahasiswa STAIN Salatiga yang menguatkan pendapat bahwa
pacaran melesukan semangat berprestasi dan ibadah
Sebelum merunut
pandangan-pandangan mahasiswa, mari kita tengok teori yang mendukung hal ini.
Menurut Jannah (2006:243) berdasarkan penelitian Psikolog Swiss Andreas
Bartels, bahwa “ Bartels meminta sukarelawan melihat foto orang yang
dicintainya sambil otaknya dipindai. Pemindaian dilakukan untuk mengetahui
jumlah darah yang dipompa ke kepala, yang dapat menerangkan bagaimana kinerja
otak pada saat itu. Ternyata, jumlah sirkulasi darah ke otak berkurang banyak.
Bagi otak, hal ini hanya berarti satu hal: aktivitas sel-sel otak menurun dan
kecerdasan pun menurun.
Dengan menggunakan
pemindai magnetik, MRI, Bartels melihat bahwa ketika melihat foto 11 wanita dan
6 pria di University College London, dua area terpisah: insula-(asosiasi
perasaan mendalam) dan area cinguli- (asosiasi kegembiraan berlebihan)
sangat aktif ketika melihat kekasih, artinya adalah foto ini meluluhlantakkan
konsentrasi dan kecerdasan.
Nyala otak
itulah yang menunjukkan adanya keinginan seks (Jannah, 2006:245). Lagipula
seperti dilansir dari Kompas, 26 Mei 1996, bahwa penelitian pada 200 mahasiswa
UI bahwa 36,2 % ngeseks karena ungkapan sayang, rasa memiliki, keakraban, dan
perhatian.
Menurut Amelia,
mahasiswi TBI menyatakan bahwa dengan berpacaran, konsentrasi kita akan
terganggu apalagi saat ada masalah dalam percintaan.
3.
Analisis Data
Dari 30
responden yang terdiri dari mahasiswa/i STAIN Salatiga di semua progdi, akan
kita ketahui kesimpulan dari penelitian ini. Karena ada dua pandangan mengenai
peran pacaran terhadap semangat akademik dan ketaqwaan, maka mari kita analisis
tabel di bawah ini:
Jumlah mahasiswa dalam tinjauan indikator
motivasi belajar
N= 30
|
x= motivasi belajar
|
|
No.
|
Indikator
|
Jumlah
|
1
|
Rajin
|
21
|
2
|
diskusi
|
16
|
3
|
kenaikan Nilai
|
7
|
4
|
absensi
|
13
|
5
|
konsentrasi ke Dosen
|
5
|
6
|
Rasa Ingin Tahu
|
12
|
7
|
Aktif Organisasi
|
8
|
8
|
Minat Baca
|
14
|
N= Jumlah
mahasiswa/i
Tabel (3.1)
Jumlah mahasiswa/i ditinjau dai indikator ketaqwaan
N= 30
|
y= ketaqwaan
|
|
No.
|
Indikator
|
Jumlah
|
1
|
Taqarrub
|
21
|
2
|
Salat Lail
|
14
|
3
|
Salat Jama'ah
|
16
|
4
|
Hijab
|
16
|
5
|
Puasa Sunah
|
15
|
6
|
Infak
|
13
|
7
|
Tilawatil Qur'an
|
15
|
8
|
Sabar
|
14
|
9
|
Amanah
|
17
|
10
|
Pasrah
|
17
|
11
|
Menahan Marah
|
19
|
12
|
Pemaaf
|
19
|
13
|
Sayang sesama Makhluk
|
18
|
Tabel (3.2)
Tabel Korelasi Product Moment Peran Pacaran terhadap
Motivasi Belajar dan Ketaqwaan
N= 30
|
|||||
No.
|
x
|
y
|
x²
|
y²
|
xy
|
1
|
210
|
210
|
44100
|
44100
|
44100
|
2
|
160
|
140
|
25600
|
19600
|
22400
|
3
|
70
|
160
|
4900
|
25600
|
11200
|
4
|
130
|
160
|
16900
|
25600
|
20800
|
5
|
50
|
150
|
2500
|
22500
|
12500
|
6
|
120
|
130
|
14400
|
16900
|
15600
|
7
|
80
|
150
|
6400
|
22500
|
1200
|
8
|
140
|
170
|
19600
|
28900
|
23800
|
9
|
170
|
28900
|
0
|
||
10
|
190
|
36100
|
0
|
||
11
|
190
|
36100
|
0
|
||
12
|
180
|
32400
|
0
|
||
13
|
160
|
25600
|
0
|
||
total
|
960
|
2160
|
134400
|
364800
|
151600
|
N= Jumlah
mahasiswa/i, x= motivasi belajar, y= ketaqwaan
Tabel (3.3)
Maka kita
hitung dengan cara korelasi product moment untuk mengetahui besarnya
pengaruh pacaran terhadap motivasi belajar dan ketaqwaan, yaitu dengan mencari
simpangannya (Rxy). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rxy= total
xy – (totalx) (total y)
N
Akar{ (total x²) – (totalx)²}{totaly²} – (totaly)²
N N
= 151600 - 960*2160
30
Akar134400 –
30720*364800 – 72
= 10846080
Akar11206521528
= - 0,17
Karena α= 0,05% maka Rxy tabel= 0,707, dengan kriteria Rxy hitung ≥
Rxy tabel maka hipotesis awal (H0) ditolak. Rxy Hitung= - 0,17, dan Rxy tabel=
0,707. Sehingga Rxy Hitung≤ Rxy tabel, maka H0 diterima. Konklusinya adalah
tidak ada hubungan secara signifikan antara pacaran dengan motivasi belajar dan
ketaqwaan.
Kesimpulan
akhir dari penulis adalah terserah pada individunya, sebab menurut fakta yang
terjadi ada dua pandangan mengenai hal ini. Ada yang menyebutkan pacaran
menambah semangat belajar, ada pula yang mengatakan bahwa pacaran justru
melesukan keduanya. Karena kita tahu bahwa terkadang teori yang selma ini
berkembang berbeda dengan fakta yang ada sebab kehidupan ini dinamis.
4.
Rekomendasi MahasiswaSTAIN Salatiga terhadap Kasus Pacaran
a.
Terhadap mahasiswa/i yang berpacaran
1)
Kontrol diri (Risa Suryani, TBI,11311040), lebih fokus kuliah
(Astina).
2)
Tidak keluar dari jalur kesusilaan, norma-norma dan syari’at
(Honang.A.R, TBI, 1131114).
3)
Mengurangi frekuensi pertemuan agar terhindar dari maksiyat
4)
Pacaranlah secara Islami (Naily, 21312086).
5)
Gunakan pacaran sebagai pemicu keberhasilan (21312094). Ambil
manfaatnya, karena hal itu bisa dijadikan sebagai motivasi (Edi Supriyanto,
PAI, 11111009).
6)
Jangan banyak keluar malam (Ainul Fadziah).
b.
Terhadap mahasiswa/i yang berpacaran di luar norma-norma dan
syari’at
1)
Ingat kerja keras orang tua, masak di STAIN Salatiga hanya bisa pacaran,
aneh-aneh lagi (Aris Lathifah, TBI). Jangan melewati batasan, karena itu tidak
baik (Ainul Fadziah, 11310141).
2)
Hati-hati dalam berpacaran (Faiz Mubarok, TBI, 11311139).
Disarankan agar tidak salah pergaulan (Ubaidulloh, 21312110). Nasehat sangt
penting karena pacaran syahwati itu sama esensinya dengan zina. Bagi mahasiswi
hal itu hanya akan membuat mereka menyesal, rugi dan sakit hati karena
kehilangan harta paling berharganya.
3)
Jangan diulangi, segeralah bertaubat (Honang.A.R, TBI). Alloh. Swt
Maha Tahu apa-apa yang kita perbuat (11212067).
4)
Segeralah menikah (Ersa
Dewana, TBI).
c.
Terhadap orang tua mahasiswa/i
Peran orang tua
adalah mengawasi pergaulan, tontonan TV, bacaan anak, dan mengajari mereka
berhijab (Ulwan, 1996:210). Orang tualah yang menjadi panutan dalam memberikan
bimbingan agama sehingga anak-anaknya tertata moralnya (Yusuf, 2001:133).
1.
Nasehatilah agar berpacaran secara wajar dan sehat, mengawasi lebih
intens (Ana Soraya, PAI, 1111113). Berilah pengertian dan arahan positif kepada
anak. Jika anak sudah dewasa akhir, berikan ia kepercayaan.
2.
Jagalah anak (Masrul Hakim, PAI,11111015).
3.
Intropeksi diri dan mengerti anak (Andri. P)
4.
Jika pacaran sudah menuju jenjang lanjut, maka lanjutkan (nikahkan
mereka) (Fuilal Nirdiyah, 11212008).
d.
Terhadap Dosen
Peran dosen
adalah meniupkan semangat tabah, menerapkan keadilan bagi anak-anak, dan
memotivasi mereka untuk mendengar ceramah, pidato motivasi, dan membaca majalah dakwah (Ulwan, 1996:133-143).
Yusuf (2001:136) mengatakan bahwa kualitas beragama anak sangat bergantung pada
proses pendidikan yang diterima dan lingkungannya.
1)
Nasehati mereka untuk tidak pacaran dahulu (fokus kuliah), jika
belum saatnya berpacaran maka laranglah mereka. (Honang.A.R).
2)
Mendukung jika hal itu baik bagi mereka (anggap biasa saja karena
ujung-ujungnya adalah menikah) (Faiz Mubarok). Dukung mereka (Asmiranda,
11212087). Tetapi jika sampai tidak enak dipandang, tegur mereka.
3)
Berikanlah penjelasan tentang pacaran yang positif (Masrul Hakim)
atau semacam pengarahan (Edi Cahyono, PAI, 1111118), beri mereka pemahaman dan
mediasi.
4)
Support mereka untuk menikah saja ( M. Imam.H, PAI, 1111150).
BAB IV. PENUTUP
Alhamdulillahirabbil
‘Alamin, berkat usaha
keras dan seluruh bantuan dari berbagai pihak, tugas pembuatan karya tulis ini
dapat selesai dengan tanpa ada halangan suatu apapun. Tentunya dalam pembuatan
karya tulis ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu,
saya memohon dengan sangat kepada Bapak Dosen dan teman-teman pembaca untuk
selalu memberikan kritik dan saran agar karya tulis ini menjadi lebih baik
lagi.
Demikian ada
kurang lebihnya, atas nama penulis senantiasa mohon maaf sebesar-besarnya.
Akhirnya semoga karya tulis ini selalu memberi kemanfaatan bagi kita semua.
Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Akrom, Muhammad. 2010. “Zikir Obat Hati.” Yogyakarta:
Mutiara Media.
·
Desmita.2010. “ Psikologi Perkembangan.” Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
·
Febriangga, Wendy (ed). 2008. “Quantum Cinta.: Bagaimana Melejitkan
Kualitas Cinta Anda kepada-Nya.” (Terjemahan dari “Kaifa Nuhibbullaha
wa Nasytaqu Ilaihi). Surakarta: Insan Kamil.
·
Jannah, Izzatul. 2006. “ Materi Tarbiyah untuk Remaja.”
Surakarta: Ziyad Books.
·
Sijabat, Ridwan Mas (ed). 1996. “Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.” (Terjemahan dari “ Developmental
Psycology, A Life-Span Approach, Fifth Edition). Jakarta: Erlangga.
·
Ulwan, Abdullah Nashih. 1981. “Pedoman Pendidikan Anak dalam
Islam.” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar