Jumat, 27 September 2013

penelitian terhadap pacaran di sebuah kampus



BAB I
A.    PENDAHULUAN
I.                   Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini tampak mahasiswa/mahasiswi  Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak pada tempatnya. Untuk berangkat ke kampus misalnya, mereka sudah terbiasa berjalan  atau berboncengan motor dengan mesra bersama lawan jenisnya. Mereka pun telah terbiasa berbincang-bincang (ikhtilath) tanpa harus malu ketika diperhatikan orang-orang di sekitarnya. Fenomena pacaran agaknya juga sudah dianggap sebagai hal yang umum.
Dengan cepatnya arus globalisasi dengan ditandai dengan munculnya beberapa perangkat komunikasi yang canggih dan semakin banyaknya akses komunikasi yang cepat. Situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, e-mail, friendster, dan lain-lainnya dapat membantu mahasiswa/mahasiswi dalam berkomunikasi, mencari teman, atau bahkan mencari pacar via dunia maya. Tidak hanya itu, acara-acara televisi yang tidak mendidik seperti sinetron-sinetron bernuansa cinta atau film-film Barat yang menawarkan gaya hidup (life style) bebas semakin membentuk kepribadian yang cenderung menghalalkan yang haram seperti berciuman, berpelukan, dan lain-lain.
Di sisi lain banyak mahasiswa/mahasiswi yang tinggal di kost atau di asrama-asrama organisasi yang jauh dari pengawasan orang tua. Hal ini mempermudah mereka untuk  lebih bergaul bebas atau bahkan berpacaran. Sementara itu peran seorang dosen hanya sebagai fasilitator bukan sebagai pendidik rohani layaknya seorang kiai kepada santrinya. Sehingga pada akhirnya tidak ada pengawasan yang bersifat ekstra terhadap mahasiswa/mahasiswinya.
Padahal sebagai mahasiswa/mahasiswi SAIN Salatiga, mereka dituntut untuk belajar. Selain itu sebagai hamba Allah. Swt, mereka diwajibkan untuk beribadah dan menimgkatkan iman dan taqwa mereka sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu agama yang mereka pelajari di kampus.
II.                Rumusan Masalah

·         Nah, bagaimanakah perspektif mahasiswa/mahasiswi STAIN Salatiga mengenai pacaran dan apa alasan mereka berpacaran?
·         Lalu bagaimanakah pengaruh pacaran terhadap motivasi belajar dan tingkat ketaqwaan mereka? Mari kita kaji secara mendalam masalah ini!
III.             Tujuan Penelitian
·         Meneiliti seberapa jauh peran pacaran terhadap perkembangan akademik mahasiswa STAIN Salatiga.
·         Meneliti seberapa besar peran pacaran terhadap motivasi belajar dan ketaqwaan mahasiswa STAIN Salatiga.





B.     TELAAH PUSTAKA

I.       Pengertian pacaran
 Menurut Fachri Aji Putra, pacaran adalah proses perkenalan dua insan manusia, pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Menurut Faiz Mubarok, seorang mahasiswa STAIN Salatiga, mengartikan pacaran sebagai hubungan biasa yang ujung-ujungnya adalah pernikahan. Sementara menurut Dace, seorang mahasiswa asal Karawang mendefinisikan pacaran sebagai hubungan pendekatan pra nikah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah proses pencarian karakter pasangan sebelum menjalani jenjang pernikahan.
Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan yang radikal yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman daripada teman sejenis (Sijabat, 1996:220). Ini adalah hal wajar di kalangan remaja, apalagi remaja masa kini.
Berbicara mengenai pacaran, tidak lepas dari arti cinta. Menurut Al-Hilali (2008:11) dalam Mukaddimah karyanya yang berjudul Quantum Cinta, menyebutkan bahwa cinta adalah bagian alami dari emosi manusia, interaksi hati yang dirasakan seseorang ketika cenderung dan tertarik kepada orang lain.
Teori triangular (cinta berbentuk utama tiga) yang dikemukakan oleh Steinberg, mendasarkan cinta sebagai gairah, keintiman, dan komitmen  (Desmita, 2010:243).
Proses fisiologi seseorang sebelum jatuh cinta adalah pertama, kontak mata yang memunculkan rasa romantis; kedua, muncul hormon phenylethamine (PEA) dari otak yang memunculkan senyuman; ketiga, setelah gelora cinta reda, hormon endhorphins menimbulkan rasa damai (Jannah, 2006:241).
Tanda-tanda cinta: banyak menyebut nama yang dicintai, kagum, rela berkorban, menuruti apa-apa saja yang diminta kekasih. Pengaruh cinta sangatlah besar bagi manusia antara lain: rindu, berbunga-bunga ketika dekat dengan kekasih, cemburu jika ada orang lain mendekati kekasih dan menganggap benar apa-apa yang dilakukan kekasih.
Menurut Desmita (2010:243), Tahapan pacaran meliputi:
1)      Ketertarikan.
2)      Ketidakpastian, atau setelah tertarik pada seseorang yang lain, seseorang akan mengalami hal yang tidak pasti (berpikir apakah orang yang disukai juga tertarik padanya).
3)      Komitmen dan ketertarikan (keinginan untuk kencan secara eksklusif, energi-energi untuk saling cinta).
4)      Keintiman (merasa lebih rileks dari sebelumnya).

II.                Pengertian motivasi
            Menurut Fachri Aji Putra, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai  tujuan tertentu. Sementara menurut mahasiswa berNIM 21312094 (tidak mau disebut namanya), motivasi adalah pemicu keberhasilan. Modelnya antara lain bisa berupa hadiah, pujian, atau malah bahkan hukuman.

III.             Model-Model Pacaran
A.    Pacaran Islami/ Cinta Imani
Yang disebut dengan pacaran Islami/ cinta Islami adalah lahir dari ketulusan iman kepada Allah. Swt bukan sekedar memenuhi nafsu fisik belaka (Jannah, 2006:247). Jika melihat pengertian ini, maka kesimpulannya adalah pacaran Islami adalah hanya untuk ta’aruf dan taqarrub. Pacaran Islami memilki arti bahwa seseorang tidak melakukan perbuatan yang mengarah pada perzinaan, tidak menyentuh kulit kekasih, iffah (menjaga pandangan, dan menutupi auratnya).
Tahap perkembangan agama di usia awal dewasa (18-40 tahun) berdasarkan theory of faith, adalah ketika seseorang lebih mendalami nilai-nilai agama dan imannya (Desmita, 2010:209).
Cinta imani biasanya ditandai dengan perilaku menolak permintaan kekasih ketika permintaannya itu melanggar perintah Allah (Jannah, 2006:248). Sehingga ketika kekasih memintanya untuk bermaksiyat, maka secara otomatis seseorang yang mencintainya itu menolak, baik secara halus ataupun secara keras.
 Menurut Akrom (2010:41), “Bukan berarti seseorang tidak boleh mencintai yang lain, namun yang dituntut adalah bahwa cintanya kepada Allah haruslah lebih besar dari cintanya kepada selain Allah.  Sehingga cinta harus dimiliki seorang hamba dalam berinteraksi dengan Rabb-Nya (Febriangga, 2008:14).
B.     Pacaran Syahwati
Cinta Syahwati diartikan sebagai cinta yangmana jika seseorang itu menuruti apa-apa yang diminta kekasih walaupun itu dilarang oleh Allah. Swt. Cinta yang seperti ini biasanya justru melemahkan iman atau bahkan menjadikan kita kufur pada allah. Swt. Kesimpulannya adalah pacaran seperti ini hanya didasarkan atas nafsu dan hanya untuk senang-senang belaka


C.    METODE PENELITIAN

I.                   Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah argumentatif kuantitatif.
II.                Subyek dan Lokasi yang diteliti
Subyek yang diteliti adalah mahasiswa/i STAIN Salatiga semua progam studi. Lokasi penelitian berada di STAIN Salatiga mencakup kampus 1 dan 2.
III.             Sumber Data
·         Primer yaitu perilaku sehari-hari mahasiswa/i STAIN Salatiga.
·         Sekunder yaitu melalui telaah pustaka.
IV.             Teknik Pengumpulan Data
·         Angket, berupa kuesioner.
·         Bedah Pustaka.

BAB III. PEMBAHASAN
A.    Argumentasi Mahasiswa STAIN Salatiga Mengenai Peran Pacaran terhadap Tingkat Keaktifan Ibadah dan Kuliah

1.      Argumentasi mahasiswa yang menguatkan pendapat bahwa pacaran menambah semangat semangat belajar dan ibadah
Sebelum merujuk pada perspektif mahasiswa STAIN Salatiga, ada baiknya kita tengok beberapa teori yang mendukung untuk masalah ini.
Bila prestasi yang baik diharapkan memberi kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencakup bidang-bidang yang penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga diri dalam pandangan kelompok sebaya. (Sijabat, 1996:220).
Menurut Dina, mahasiswi HES menyatakan bahwa dengan berpacaran, semangat kita akan bertambah apalagi jika masih satu kampus,  pacaran dapat menambah semangat untuk lebih aktif kuliah, karena kita akan malu jika nilai jelek.
Menurut Puput, mahasiswi TBI menyatakan bahwa dengan berpacaran seorganisasi, kita dapat menunjukkan bakat, kelebihan, kecerdasan, dan kebolehan di depan sang kekasih. Sedangkan menurut Azalia, mahasiswi PBA menyebutkan  bahwa dengan pacaran kita akan senang, jika senang maka belajar akan lancar.
Dan masih banyak lagi mahasiswa yang menegaskan bahwa dengan berpacaran spirit ibadah kita akan bertambah besar. Apalagi kalau pacarannya masih di batas kewajaran atau bisa dikatakan pacarannya masih sehat, begitu mahasiswa/i STAIN Salatiga menyebutnya.
Cinta Imani biasanya mendekatkan kita kepada Sang Khalik, dzikir adalah satu sarana untuk mendekatkan diri pada-Nya. Zikir adalah salah satu cara menyongsong ketenteraman dalam hidup (Akrom, 2010:18). Menurut Akrom (2010:41), “Barangsiapa banyak menyebut nama Allah swt. Atau yang berkaitan dengan-Nya, baik langsung maupun tidak langsung, sekalipun hal itu dilakukan secara terpaksa, maka akan menimbulkan rasa cinta kepada-Nya.”
Menurut F.N Pits Jr dan J.N Mc Lure Jr, sebagaimana dikutip oleh Jannah (2006:251), “ Dzikir jiwa/relaksasi mengakibatkan konsumsi oksigen menurun dan produksi gelombang alpha seimbang, sehingga terjadi penurunan laktate darah, yaitu zat yang diproduksi oleh metabolism urat syaraf, sehingga seseorang menjadi tenang, terhindar dari rasa takut, khawatir, sedih dan bingung (psikomatik).
Melanggengkan dzikir Alhamdulillah (memuji Allah) merupakan salah satu amal shaleh yang disukai Allah (Febriangga, 2008: 245). Selain dzikir, ada pula sarana yang lain. Membaca Qur’an misalnya. Al-Qur’an adalah sarana untuk dzikir dan pengubah ma’rifat menjadi iman yang kuat sebagai bukti cinta seorang hamba kepada Allah (Febriangga, 2008:222). Disamping  pentingnya mentafakuri ayat qauliyah (Al-Qur’an) dan ayat kauniyah (alam), serta mengenal Allah melalui dua objek tersebut untuk memperkuat pondasi cinta, kita juga perlu memantapkan rasa cinta yang ada dalam hati seorang hamba (Akrom, 2010:235).
 Mungkin fakta yang didapat akan jauh berbeda dengan teori-teori yang telah dikemukakan di atas.


2.      Argumentasi mahasiswa STAIN Salatiga yang menguatkan pendapat bahwa pacaran melesukan semangat berprestasi dan ibadah
Sebelum merunut pandangan-pandangan mahasiswa, mari kita tengok teori yang mendukung hal ini. Menurut Jannah (2006:243) berdasarkan penelitian Psikolog Swiss Andreas Bartels, bahwa “ Bartels meminta sukarelawan melihat foto orang yang dicintainya sambil otaknya dipindai. Pemindaian dilakukan untuk mengetahui jumlah darah yang dipompa ke kepala, yang dapat menerangkan bagaimana kinerja otak pada saat itu. Ternyata, jumlah sirkulasi darah ke otak berkurang banyak. Bagi otak, hal ini hanya berarti satu hal: aktivitas sel-sel otak menurun dan kecerdasan pun menurun.
Dengan menggunakan pemindai magnetik, MRI, Bartels melihat bahwa ketika melihat foto 11 wanita dan 6 pria di University College London, dua area terpisah: insula-(asosiasi perasaan mendalam) dan area cinguli- (asosiasi kegembiraan berlebihan) sangat aktif ketika melihat kekasih, artinya adalah foto ini meluluhlantakkan konsentrasi dan kecerdasan.
Nyala otak itulah yang menunjukkan adanya keinginan seks (Jannah, 2006:245). Lagipula seperti dilansir dari Kompas, 26 Mei 1996, bahwa penelitian pada 200 mahasiswa UI bahwa 36,2 % ngeseks karena ungkapan sayang, rasa memiliki, keakraban, dan perhatian.
Menurut Amelia, mahasiswi TBI menyatakan bahwa dengan berpacaran, konsentrasi kita akan terganggu apalagi saat ada masalah dalam percintaan.
3.      Analisis Data
Dari 30 responden yang terdiri dari mahasiswa/i STAIN Salatiga di semua progdi, akan kita ketahui kesimpulan dari penelitian ini. Karena ada dua pandangan mengenai peran pacaran terhadap semangat akademik dan ketaqwaan, maka mari kita analisis tabel di bawah ini:
 Jumlah mahasiswa dalam tinjauan indikator motivasi belajar
N= 30
x= motivasi belajar

No.
Indikator
Jumlah
1
Rajin
21
2
diskusi
16
3
kenaikan Nilai
7
4
absensi
13
5
konsentrasi ke Dosen
5
6
Rasa Ingin Tahu
12
7
Aktif Organisasi
8
8
Minat Baca
14
N= Jumlah mahasiswa/i
Tabel (3.1)








Jumlah mahasiswa/i ditinjau dai indikator ketaqwaan
N= 30
y= ketaqwaan

No.
Indikator
Jumlah
1
Taqarrub
21
2
Salat Lail
14
3
Salat Jama'ah
16
4
Hijab
16
5
Puasa Sunah
15
6
Infak
13
7
Tilawatil Qur'an
15
8
Sabar
14
9
Amanah
17
10
Pasrah
17
11
Menahan Marah
19
12
Pemaaf
19
13
Sayang sesama Makhluk
18

Tabel (3.2)
Tabel Korelasi Product Moment Peran Pacaran terhadap Motivasi Belajar dan Ketaqwaan
N= 30





No.
x
y
xy
1
210
210
44100
44100
44100
2
160
140
25600
19600
22400
3
70
160
4900
25600
11200
4
130
160
16900
25600
20800
5
50
150
2500
22500
12500
6
120
130
14400
16900
15600
7
80
150
6400
22500
1200
8
140
170
19600
28900
23800
9

170

28900
0
10

190

36100
0
11

190

36100
0
12

180

32400
0
13

160

25600
0
total
960
2160
134400
364800
151600

N= Jumlah mahasiswa/i, x= motivasi belajar, y= ketaqwaan
Tabel (3.3)
Maka kita hitung dengan cara korelasi product moment untuk mengetahui besarnya pengaruh pacaran terhadap motivasi belajar dan ketaqwaan, yaitu dengan mencari simpangannya (Rxy). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rxy= total xy – (totalx) (total y)
N
Akar{ (total x²) – (totalx)²}{totaly²} – (totaly
N                             N                

=  151600 - 960*2160
        30                       
Akar134400 – 30720*364800 – 72
= 10846080
Akar11206521528
= - 0,17
Karena α= 0,05% maka Rxy tabel= 0,707, dengan kriteria Rxy hitung ≥ Rxy tabel maka hipotesis awal (H0) ditolak. Rxy Hitung= - 0,17, dan Rxy tabel= 0,707. Sehingga Rxy Hitung≤ Rxy tabel, maka H0 diterima. Konklusinya adalah tidak ada hubungan secara signifikan antara pacaran dengan motivasi belajar dan ketaqwaan.
Kesimpulan akhir dari penulis adalah terserah pada individunya, sebab menurut fakta yang terjadi ada dua pandangan mengenai hal ini. Ada yang menyebutkan pacaran menambah semangat belajar, ada pula yang mengatakan bahwa pacaran justru melesukan keduanya. Karena kita tahu bahwa terkadang teori yang selma ini berkembang berbeda dengan fakta yang ada sebab kehidupan ini dinamis.
4.      Rekomendasi MahasiswaSTAIN Salatiga terhadap Kasus Pacaran
a.      Terhadap mahasiswa/i yang berpacaran
1)      Kontrol diri (Risa Suryani, TBI,11311040), lebih fokus kuliah (Astina).
2)      Tidak keluar dari jalur kesusilaan, norma-norma dan syari’at (Honang.A.R, TBI, 1131114).
3)      Mengurangi frekuensi pertemuan agar terhindar dari maksiyat
4)      Pacaranlah secara Islami (Naily, 21312086).
5)      Gunakan pacaran sebagai pemicu keberhasilan (21312094). Ambil manfaatnya, karena hal itu bisa dijadikan sebagai motivasi (Edi Supriyanto, PAI, 11111009).
6)      Jangan banyak keluar malam (Ainul Fadziah).

b.      Terhadap mahasiswa/i yang berpacaran di luar norma-norma dan syari’at
1)      Ingat kerja keras orang tua, masak di STAIN Salatiga hanya bisa pacaran, aneh-aneh lagi (Aris Lathifah, TBI). Jangan melewati batasan, karena itu tidak baik (Ainul Fadziah, 11310141).
2)      Hati-hati dalam berpacaran (Faiz Mubarok, TBI, 11311139). Disarankan agar tidak salah pergaulan (Ubaidulloh, 21312110). Nasehat sangt penting karena pacaran syahwati itu sama esensinya dengan zina. Bagi mahasiswi hal itu hanya akan membuat mereka menyesal, rugi dan sakit hati karena kehilangan harta paling berharganya.
3)      Jangan diulangi, segeralah bertaubat (Honang.A.R, TBI). Alloh. Swt Maha Tahu apa-apa yang kita perbuat (11212067).
4)       Segeralah menikah (Ersa Dewana, TBI).

c.       Terhadap orang tua mahasiswa/i
Peran orang tua adalah mengawasi pergaulan, tontonan TV, bacaan anak, dan mengajari mereka berhijab (Ulwan, 1996:210). Orang tualah yang menjadi panutan dalam memberikan bimbingan agama sehingga anak-anaknya tertata moralnya (Yusuf, 2001:133).
1.      Nasehatilah agar berpacaran secara wajar dan sehat, mengawasi lebih intens (Ana Soraya, PAI, 1111113). Berilah pengertian dan arahan positif kepada anak. Jika anak sudah dewasa akhir, berikan ia kepercayaan.
2.      Jagalah anak (Masrul Hakim, PAI,11111015).
3.      Intropeksi diri dan mengerti anak (Andri. P)
4.      Jika pacaran sudah menuju jenjang lanjut, maka lanjutkan (nikahkan mereka) (Fuilal Nirdiyah, 11212008).

d.      Terhadap Dosen
Peran dosen adalah meniupkan semangat tabah, menerapkan keadilan bagi anak-anak, dan memotivasi mereka untuk mendengar ceramah, pidato motivasi, dan  membaca majalah dakwah (Ulwan, 1996:133-143). Yusuf (2001:136) mengatakan bahwa kualitas beragama anak sangat bergantung pada proses pendidikan yang diterima dan lingkungannya.
1)      Nasehati mereka untuk tidak pacaran dahulu (fokus kuliah), jika belum saatnya berpacaran maka laranglah mereka. (Honang.A.R).
2)      Mendukung jika hal itu baik bagi mereka (anggap biasa saja karena ujung-ujungnya adalah menikah) (Faiz Mubarok). Dukung mereka (Asmiranda, 11212087). Tetapi jika sampai tidak enak dipandang, tegur mereka.
3)      Berikanlah penjelasan tentang pacaran yang positif (Masrul Hakim) atau semacam pengarahan (Edi Cahyono, PAI, 1111118), beri mereka pemahaman dan mediasi.
4)      Support mereka untuk menikah saja ( M. Imam.H, PAI, 1111150).



BAB IV. PENUTUP

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, berkat usaha keras dan seluruh bantuan dari berbagai pihak, tugas pembuatan karya tulis ini dapat selesai dengan tanpa ada halangan suatu apapun. Tentunya dalam pembuatan karya tulis ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu, saya memohon dengan sangat kepada Bapak Dosen dan teman-teman pembaca untuk selalu memberikan kritik dan saran agar karya tulis ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian ada kurang lebihnya, atas nama penulis senantiasa mohon maaf sebesar-besarnya. Akhirnya semoga karya tulis ini selalu memberi kemanfaatan bagi kita semua. Amin.




DAFTAR PUSTAKA

·         Akrom, Muhammad. 2010. “Zikir Obat Hati.” Yogyakarta: Mutiara Media.
·         Desmita.2010. “ Psikologi Perkembangan.” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
·         Febriangga, Wendy (ed). 2008. “Quantum Cinta.: Bagaimana Melejitkan Kualitas Cinta Anda kepada-Nya.” (Terjemahan dari “Kaifa Nuhibbullaha wa Nasytaqu Ilaihi). Surakarta: Insan Kamil.
·         Jannah, Izzatul. 2006. “ Materi Tarbiyah untuk Remaja.” Surakarta: Ziyad Books.
·         Sijabat, Ridwan Mas (ed). 1996. “Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.” (Terjemahan dari “ Developmental Psycology, A Life-Span Approach, Fifth Edition). Jakarta: Erlangga.
·         Ulwan, Abdullah Nashih. 1981. “Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam.” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar