Oleh: Ahmad Nur Salim
THARIQAH ‘ALAWIYYAH (BA’ALAWIY)
Thariqoh ini mengajarkan dan menuntun serta mendidik kita para salik untuk meneladani Rosululloh Saw dalam sunnah (ucapan-sikap dan perbuatan beliau), menjadi seorang ‘abid (menunaikan hak Alloh Swt dan memiliki hati yang sujud kepada_Nya), meni’mati ketakutan-keta’atan dan ridlo pada Alloh Swt, beramal untuk jannah, menerima kritik dari orang lain, berhusnudzdzon kepada manusia yang lain terutama kepada saudara yang Muslim, mendekati ujian dengan menguatkan kesabaran, memperbaiki kualitas diri (tidak peduli pada gelar dan jabatan) agar lebih baik dari hari kemarin, optimis, melihat kesempatan dalam kesulitan, diam dalam rangka menjaga lisan, amanah, pemaaf, bersahaja, lapar, disiplin, tidak putus asa atau mengemis, berjihad dan berkorban demi agama, mengakhiratkan dunia, beribadah fardlu dan sunnah seperti sholat Rowatib (sebab fadhilahnya menyempurnakan sholat fardlu, sebagai limpahan rohmat, lebih baik dari dunia, dan dibangunkan rumah di syurga), merenungkan apa yang telah Alloh Swt akan lakukan kepada kita, meresapi dan merenungi seakan-akan sholat yang sedang dilakukan adalah yang terakhir kali dilakukan agar khusyu’, rajin beribadah di masjid, mencintai akhirat dengan berzuhud (tidak sedih saat kehilangan dan tidak gembira saat diberi Alloh Swt melalui tangan orang lain serta berpakaian sederhana), menemukan kebahagiaan dengan bersyukur dan bershodaqoh (kepada ulama’-fuqoha’ dan orang tua),tenang, tersenyum-melunasi hutang-memberikan makanan- dan mendo’akan kebaikan kepada saudara kita terutama yang Muslim secara sembunyi-sembunyi, gembira saat saudara kita yang Muslim sedang bahagia dan berusaha untuk menghapus kesedihan orang lain, berusaha rajin membaca Al-Qur’an terutama QS. Al-Kahfi-Waqi’ah-Yaa Siin-Thoha setiap malam dan sore, mengamalkan Al-Qur’an, bertaubat dari dosa kecil dan besar, berdakwah, mengucapkan salam kepada Rosululloh Saw, tidak membesarkan hal remeh, mengutamakan keluarga-‘adab-akhlaq mulia di atas ‘aqal-kesehatan-tetangga-ketenteraman jiwa-cerdas emosi-kebersihan air dan rasa kemanusiaan, mengutamakan ‘ilmu daripada harta, memiliki banyak ‘ilmu terutama ilmu agama Islam dengan mendekati dan meneladani orang yang sholih dan ‘adil, ‘arif, setia pada isteri meskipun dia pencemburu, isteri ta’at pada suami, menghargai dan memuliakan orang yang mulia terutama kepada guru, memiliki shohabat, mengungkapkan kebenaran, menghindari bisikan syaithon (berupa keburukan-pura-pura-adu domba-umpatan dan sindiran-ghibah-fitnah-dosa seperti riya’ dan ‘ujub-kefasiqan-takabbur-munafiq dan durhaka) demi menjaga hati dan menutupi ‘aib saudara kita terutama yang Muslim, melakukan kebaikan meskipun hal kecil (tidak membunuh semut, tidak berada di sebelah burung yang sedang minum di kolam, tidak mengagetkan kucing yang ada di tengah jalan, dan memberikan sisa makanan kepada makhluq yang lain), memandang bahwa hal baik itu baik dan sebaliknya, memiliki ‘adab ber’ilmu (menulis hal baik yang didengar-menyalin hal baik yang dibaca-dan mengajarkan hal baik yang dihafalkan), mengajari anak mengaji dan akhlaqul karimah, berdo’a (umur panjang, iman, taqwa, rizqi yang halal dan thoyyib), menabur bunga/menanam pohon di atas maqom, berjuang untuk istiqomah dalam mengikuti kebaikan misalnya dengan memiliki dzikir wirid dan rotib, bekerja dan makan makanan yang halal, waro’, membuat hidup lebih barokah dengan bacaan basmalah dan hamdalah, mengambil hikmah dari takziyah yakni dengan bersiap menuju kematian.
Semoga kita mampu mengamalkannya meskipun satu kalimat saja. Semoga bemanfaat bagi ummat manusia. Aamiin.
(Sumber: Al-Habib ‘Abdillah bin ‘Aliy bin Muhammad bin Zayn
Al-’Aydrus, 12 Maret-11 Juli 2021)